• gambar
  • gambar
  • gambar
  • gambar

MASA PENGENALAN LINGKUNGAN SEKOLAH TAHUN AJARAN 2024-2025

Pencarian

Kontak Kami


UPTD SMP NEGERI 6 PAREPARE

NPSN : 40307685

Jl. Pendidikan Kel.Bukit Harapan Kec.Soreang Kota Parepare


info@smpn6-parepare.sch.id

TLP : 042122875


          

Prestasi Siswa


Faizal Iskandar

Juara 1 OSN Tingkat Kota Parepare Tahun 2018 Juara 3 ME Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan region SULSELBAR



:: Selengkapnya

ASAS

Jajak Pendapat

Apakah pembelajaran tatap muka perlu dilaksanakan
Ya
Tidak
  Lihat

Statistik


Total Hits : 61220
Pengunjung : 23854
Hari ini : 12
Hits hari ini : 26
Member Online : 7
IP : 35.173.48.18
Proxy : -
Browser : Opera Mini

Status Member

  • ANDI NAJMAH, S.Pd (Admin)
    2021-04-17 14:19:42

    Asswrwb
  • Alimuddin.B, S.Pd (Guru)
    2021-04-15 10:32:49

    Wajah Sekolah dimasa Pandemi dalam menghadapi pelaksanaan Assesmen Nasional 2021. Menteri pendidikan mengundur pelaksanaan AN 2021 men...
  • Drs. Sappewali (Guru)
    2021-04-13 10:37:39

    Assalamu Alaikum

Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Inovatif Problem Based Learning




BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Belajar dan pembelajaran merupakan konsep yang saling berkaitan. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan. Proses perubahan tingkah laku merupakan upaya yang dilakukan secara sadar berdasarkan pengalaman ketika berinteraksi dengan lingkungan. Pola tingkah laku yang terjadi dapat dilihat atau diamati dalam bentuk perbuatan reaksi dan sikap secara mental dan fisik. Tingkah laku yang berubah sebagai hasil proses pembelajaran mengandung pengertian luas, mencakup pengetahuan, pemahaman, sikap, dan sebagainya. Perubahan yang terjadi memiliki karakteristik: (1) perubahan terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam belajar bersifat sinambung dan fungsional, (3) tidak bersifat sementara, (4) bersifat positif dan aktif, (5) memiliki arah dan tujuan, dan (6) mencakup seluruh aspek perubahan tingkah laku, yaitu pengetahuan, sikap, dan perbuatan. Keberhasilan belajar peserta didik dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal, yaitu kondisi dalam proses belajar yang berasal dari dalam diri sendiri, sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Ada beberapa hal yang termasuk faktor internal, yaitu: kecerdasan, bakat (aptitude), keterampilan (kecakapan), minat, motivasi, kondisi fisik, dan mental. Faktor eksternal, adalah kondisi di luar individu peserta didik yang mempengaruhi belajarnya. Adapun yang termasuk faktor eksternal adalah: lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat (keadaan sosio-ekonomis, sosio kultural, dan keadaan masyarakat). Pada hakikatnya belajar dilakukan oleh siapa saja, baik anak-anak maupun manusia dewasa. Pada kenyataannya ada kewajiban bagi Abdul Rahman Tibahary dan Muliana: Model-model Pembelajaran Berbasis´ 55 Scolae: Journal of Pedagogy, Volume 1, Number 1, 2018: 54-64. Menurut hasil kajian S. Nasution, bahwa hingga saat ini terdapat tiga model pembelajaran yang sering dikacaukan dengan pengertian mengajar. Pertama, mengajar adalah menanamkan pengetahuan kepada peserta didik, dengan tujuan agar pengetahuan tersebut dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh peserta didik. Mengajar pada tipe pertama ini dianggap berhasil jika peserta didik menguasai pengetahuan yang ditransferkan oleh guru sebanyak-banyaknya. Kedua, mengajar adalah menyampaikan kebudayaan kepada peserta didik. Definisi yang kedua ini pada intinya sama dengan definisi yang pertama yang menekankan pada guru sebagai pihak yang aktif. Ketiga, mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan peserta didik sehingga terjadi proses belajar.(S. Nasution, 1995)

Hasil dari pembelajaran  adalah peserta didik yang bukan hanya menguasai bahan pelajaran tersebut, melainkan mereka mengetahui asal usulnya, cara mendapatkan dan mengembangkannya. Di era global yang mengharuskan lahirnya lulusan yang kreatif, inovatif, dinamis dan mandiri, model pengajaran yang ketiga itulah yang perlu dilaksanakan. Dengan menerapkan teori yang ketiga, maka yang terjadi bukan hanya mengajar yang menghasilkan penguasaan ilmu pengetahuan, melainkan juga pembelajaran yang menghasilkan penguasaan terhadap metode pengembangan ilmu pengetahuan, keterampilan, kepribadian, dan seterusnya. Dengan cara demikian, dengan sendirinya akan terjadi kegiatan pembelajaran. (H. Abuddin Nata, 2010) tentang Pendidikan Indonesia.

Tepat dalam memilih model pembelajaran menjadi solusi yang salah satunya bisa diterapkan guru untuk peningkatan hasil belajar peserta didik  (Hasanah et al., 2021). Menerapkan model pembelajaran yang tidak monoton menjadi salah satu strategi supaya siswa berkontribusi aktif dalam kegitan pembelajaran (Riswati et al., 2018). Merancang dan mengorganisir kegiatan belajar mengajar merupakan manfaat dari model pembelajaran. Kemampuan siswa untuk memecahkan masalah diharapkan dapat dimaksimalkan melalui kesesuaian dalam penggunaan model pembelajaran. Model PBL merupakan pembelajaran yang bisa diterapkan guna meningkatkan keterlibatan siswa, membangun rasa ingin tahu, mengajarkan siswa menggunakan pemikiran kritis dan pemecahan masalah.

Berdasarkan uraian diatas, model PBL merupakan model pembelajaran inovatif mampu meningkatkan hasil belajar kelas 7.2 UPTD SMP Negeri 6 Parepare. Materi pokok yang diterapkan pada penelitian ini ialah keliling dan luas persegi dan persegi panjang. Materi tersebut berkaitan erat terhadap permasalahan sehari-hari mengakibatkan pemahaman konsep mudah dipahami peserta didik Dengan demikian, model PBL dipandang sepenuhnya bisa dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan materi keliling dan luas persegi dan persegi panjang.. Dengan pertimbangan di atas, menggunakan model PBL sebagai pembelajaran inovatif dan perbaikan proses pembelajaran dan peningkatan hasil belajar  Peserta didik kelas 7.2 UPTD SMP Negeri Parepare.

 

 

  1. Jenis Kegiatan

Kegiatan yang dilaporkan dalam best practice ini adalah praktik baik guru dalam Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Inovatif Problem Based Learning   (PBL)  Peserta Didik Kelas 7.2 UPTD SMP Negeri 6 Parepare Pada Materi   Keliling dan Luas Persegi dan Persegi Panjang

 

  1. Manfaat Kegiatan

Manfaat penulisan best practice ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik  kelas 7.2 UPTD SMP Negeri 6 Parepare melalui Model Problem Based Learning(PBL), serta meningkatkan profesionalisme guru menjadi guru yang kreatif, inovatif, sehingga dapat mengelolah pembelajaran dengan strategi yang tepat.

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

  1. Situasi

Bidang pendidikan merupakan ruang berpotensi untuk meningkatkan kemampuan berfikir kreatif seseorang. Oleh karena itu dunia pendidikan diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia yang penuh potensi memberikan ide-ide dalam menghadapi daya saing yang semakin tinggi saat ini, bahkan menghadapi tantangan di masa mendatang.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan berfikir kreatif jika pembelajaran dikemas dalam pembelajaran yang menarik bagi peserta didik sehingga mampu meranggsang ide-ide dalam pikiran peseeta didik. Namun pada kenyataannya kemampuan matematika  peserta didik masih jauh dari yang diharapkan, hal ini mencerminkan bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan belum mampu memberikan hasil yang diharapkan.

Keliling dan Luas Persegi dan Persegi Panjang  adalah satu diantara materi yang menjadi kendala bagi peserta didik kelas 7.2 UPTD SMP Negeri 6 Parepare. Berdasarkan pengamatan saya sebagai guru mata pelajaran matematika kelas 7.2 di UPTD SMP Negeri 6 Parepare diketahui bahwa Peserta didik mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran inovatif. Peserta didik juga mengalami kesulitan untuk menyelesaikan masalah konstektual Keliling dan Luas persegi dan persegi panjang dengan benar. Kondisi tersebut dilatar belakangi oleh rendahnya tingkat belajar peserta didik, Kurangnya penerapan guru dalam pembelajaran Inovatif dan Guru tidak Memahami Kebutuhan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Dalam    proses  pembelajaran  guru  menjelaskan  sekilas  materinya,  memberikan  contoh  kemudian  memberikan  soal  untuk  dikerjakan  oleh  peserta  didik.  Hal  ini  memberikan  gambaran  tentang  proses  pembelajaran  yang  masih  berpusat  pada  guru,  bukan  berpusat  pada  peserta  didik.  Tentunya  pembelajaran  seperti  ini  tidak  membuat  peserta  didik  dapat  mengontruksi  sendiri  pengetahuan  yang  dimilikinya  dan  mengaitkannya  ke  dalam  kehidupan  peserta  didik  sehari-hari.

Berkaitan dengan hal itu, diperlukan adanya perubahan dalam proses pembelajaran. Metode konvensional yang masih kuat dalam pembelajaran matematika saat proses pembelajaran, membentuk peserta didik menjadi pasif yaitu Hanya mendengarkan materi yang disampaikan tanpa disertai pemaknaan materi dalam memori kognitifnya. Pengguanaan media berbasi IT masih kurang optimal digunakan dalam pembelajaran seperti canva, PPT, dan video pembelajaran.

Menurut A,A,Agus Heryanto,dkk.(2018) dalam Jurnal Elektronika Pendidikan Matematika Satu model pembelajaran yang dapat diterapkan agar peserta didik dapat membangun pemahamannya secara mandiri dan menjadi bermakna yaitumodel pembelajaran berbasis masalah (Problem based learning). Problem Based Learning merupakan suatu model pembelajaran yang diawali dengan memberikan peserta didik masalah matematika yang berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik dituntut untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan segenap pengetahuan dan kemampuan yang telah dimilikinya. Pembelajaran dengan model ini menjadikan peserta didik sebagai pusat pembelajaran karena peserta didik yang berperan aktif dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Hal ini sejalan dengan usaha mencari penyelesaian secara mandiri akan memberikan pengalaman untuk menyelesaikan soal yang diberikan.

Praktik pembelajaran ini sangat penting untuk dibagikan karena agar supaya pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam kelas menjadi pembelajaran yang dapat meningkatkan minat peserta didik dalam pembelajaran matematika pada materi keliling dan luas persegi dan persegi panjang serta menjadi upaya dalam memberikan pembelajaran yang bermakna kepada peserta didik. Selain itu, hal ini menjadi penting karena untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menggunakan model pembelajaran inovatif pada pembelajarannya di kelas.  

Pada praktik pembelajaran ini, saya sebagai guru yang bertanggung jawab dalam mendesain pembelajaran yang kreatif dan inovatif, dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), media dan alat pembelajaran berbasis TPACK dengan  menggunakan canva dalam bentuk PPT, video, serta metode diskusi kelompok dan presentasi hasil kerja dalam LKPD sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan bisa meningkatkan komunikasi matematis peserta didik pada materi Keliling dan Luas Persegi dan Persegi Panjang

 

  1. Tantangan

Berdasarkan kondisi yang melatar belakangi dan  analisis terhadap kajian literatur dan wawancara dengan rekan sejawat maka guru mempunyai tantangan yang harus dihadapi yaitu:

  1. Rendahnya tingkat belajar peserta didik.
  2. Guru kurang penerapan dalam pembelajaran Inovatif
  3. Guru Tidak Memahami Kebutuhan Individu
  4. Guru belum mengoptimalkan aplikasi pembelajaran yang mendukung kegiatan belajar mengajar.

Yang terlibat dalam kegiatan praktik ini utamanya adalah Dosen pembimbing dan guru pamong PPG Dalam Jabatan Kategori 3 Universitas Muhammadiyah Parepare (UMPAR) , Kepala UPTD SMP Negeri 6 Parepare , Rekan guru di UPTD SMP Negeri 6 Parepare dan  Peserta didik kelas 7.2 UPTD SMP Negeri 6 Parepare

  1. Aksi

Untuk menghadapi tantangan yang ada, langkah- langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

  1. Memilih Model Pembelajaran Inovatif

Sebelum memilih model pembelajaran yang tepat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada, guru mempelajari terlebih dahulu karakteristik dan kondisi peserta didik serta materi operasi perkalian bentuk aljabar. Proses pemilihan model diawali dengan mengkaji literatur yang ada serta melakukan wawancara baik dengan pakar, teman sejawat dan kepala sekolah. Setelah itu menetapkan untuk menerapkan model Problem Based Learning (PBL) untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

  1. Memilih Media Pembelajaran Inovatif

Sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan strategi adalah jaringan internet, media pembelajaran inovatif yang digunakan hasil karya guru sendiri. Power Point (PPT)  dan video pembelajaran dibuat menggunakan Canva. LKPD dibuat menggunakan media Canva yang animasinya banyak disukai peserta didik, menyiapkan alat peraga dalam membantu menyelesaikan LKPD. Latihan soal disusun berdasarkan permasalahan kontekstual berkaitan dengan masalah sehari-hari. Soal dibuat sesuai  dengan kisi-kisi yang telah dipersiapkan sebelumnya . Sumber daya yang mendukung dalam pembelajaran inovatif yaitu Buku Matematika Kelas VII, Laptop, Proyektor, Handphone, jaringan internet, aplikasi PPT, video pembelajaran, dan aplikasi Canva.

  1. Melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada Peserta didik

Pembelajaran yang dilakukan dipusatkan kepada peserta didik melalui perancangan Modul Ajar dan LKPD yang dibuat untuk mengembangkan kemampuan komunikasi peserta didik dan berintegrasi pada literasi dan HOTS. Modul ajar dikembangkan dengan cara menentukan kegiatan yang dapat mengaktifkan peserta didik dalam berkomunikasi baik komunikasi di lingkup kelompok maupun kelas. Pembelajaran menerapkan metode diskusi dan melaksanakan model PBL sesuai dengan sintaks yang ada.

 

  1. Refleksi

Dampak Aksi Yang Dilakukan

Setelah dilaksanakan pembelajaran inovatif sesuai dengan Langkah-langkah yang ada, memberikan dampak positif bagi peserta didik. Motivasi dan minat peserta didik pada pembelajaran ini dapat meningkat. Media yang digunakan menarik keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Pada pelaksanaan pembelajaran inovatif materi bentuk aljabar dengan menggunakan sintak model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), pembelajaran efektif untuk meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah sebagi berikut.

  1. Kegiatan pembelajaran didesain berpusat pada peserta didik, dapat membantu pemahaman peserta didik terhadap konsep Keliling dan Luas Persegi dan Persegi Panjang , membuat peserta didik aktif berkomunikasi baik di dalam kelompok maupun kelas.
  2. Pemilihan metode yang inovatif berupa video pembelajaran dan media pada proses penyelesaian LKPD sangat efektif untuk meningkatkan keaktifan peserta didik terlihat pada kegiatan peserta didik pada saat pembelajaran.
  3. Pemilihan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menumbuhkan cara berfikir kritis peserta didik.

 

Respon orang lain terkait dengan strategi yang dilakukan

Respon peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran yaitu mereka semangat dalam  mengikuti pembelajaran utamanya pada saat menyelesaikan permasalahan sehari-hari tentang  materi  Bentuk Aljabar yang disajikan pada LKPD.  Dengan pemberian tugas tersebut, peserta didik juga lebih mudah dalam memahami materi Keliling dan Luas Persegi dan Persegi Panjang.

Respon teman sejawat terhadap kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan pembelajaran inovatif yang telah dilakukan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi peserta didik. Diharapkan pembelajaran selanjutnya dapat menerapkan pembelajaran inovatif yang  lainnya. Faktor keberhasilan atau ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan.

Keberhasilan pembelajaran inovatif yang dilakukan tidak lepas dari segala arahan dan bimbingan dari dosen dan guru pamong selama proses mengembangkan perangkat. Membimbing tentang bagaimana model pembelajaran Problem Based Learning (PBL),  itu dapat diterapkan secara baik pada pembelajaran matematika. Faktor keberhasilan pelaksanaan pembelajaran inovatif sangat ditentukan dari kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran inovatif sesuai dengan modul ajar yang telah dikembangkan, juga antusiasme dan keaktifan Peserta didik dalam mengikuti   pembelajaran.

Salah satu manfaat yang dapat dirasakan peserta didik dari aktifitas pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menggunakan media PPt dan video pembelajaran, peserta didik terlihat lebih antusias dan memusatkan perhatiannya pada tayangan yang ditampilkan. kemudian dengan   menggunakan LKPD dan media , peserta didik terlihat lebih semangat belajar dengan teman kelompoknya yaitu dalam proses mengidentifikasi, menganalisis, dan berkolaborasi dalam merumuskan solusi pada permasalahan sehar-hari yang berkaitan dengan Keliling dan Luas Persegi dan Persegi Panjang, pada saat presentase peserta didik mampu mempresentasikan hasil kelompoknya , sedangkan peserta didik yang lainnya dapat menanggapinya. Meskipun pada kenyataannya di dalam kelompok masih ada anggota kelompok yang belum terlihat aktif dalam diskusi kelompoknya dilain kelompok ada juga yang aktif dalam kolaborasi / diskusi dalam menyelesaikan permasalahan dalam LKPD nya . Serta tes formatif yang telah dilaksanakan membuktikan bahwa dari 20 peserta didik yang menjadi subjek pembelajaran mampu menyelesaikan tes formatif yang telah diberikan berkaitan dengan konsep Keliling dan Luas Persegi dan Persegi Panjang   dengan tepat .

Dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat terlihat perbedaan cara belajar peserta didik seperti motivasi dan keaktifan peserta didik dapat terlihat dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya , dimana pembelajaran sebelumnya  belum menggunakan model pembelajaran tersebut , belum memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran, serta pembelajaran yang dilakukan masih bersifat konvensional yaitu pembelajaran masih didominasi oleh guru , sehingga peserta didik lebih pasif dalam pembelajaran dibandingkan ketika sudah menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan menggunakan teknologi selama proses pembelajaran.

Meskipun pada dasarnya  pembelajaran yang telah dilaksanakan, seluruh sintaks telah terlaksana dengan baik, peserta didik mengikuti dan menyelesaikan tugas dengan tepat, namun masih ditemukan masalah seperti peserta didik yang memiliki tingkat kemampuan lebih ( pintar ) mendominasi dalam diskusi kelompok , sedangkan yang merasa kurang dalam pemahaman terhadap materi Keliling dan Luas Persegi dan Persegi Panjang, tersebut hanya diam dan mendengarkan temannya atau bahkan tidak berkontribusi apapun terhadap kelompoknya, sehingga keaktifan peserta didik dalam kelompok belum sepenuhnya tercapai.

Rencana Tindak Lanjut

  1. Menerapkan perubahan dalam praktik pengajaran yang relevan berdasarkan pengalaman pembelajaran, dengan menerapkan pendekatan baru, metode pengajaran yang inovatif, dengan strategi yang efektif.
  2. Terus belajar dan mengembangkan diri, selalu terbuka untuk pembelajaran baru dan pengembangan diri dengan mengikuti pelatihan atau program pengembangan lainnya yang relevan dengan mata Pelajaran matematika.
  3. Untuk terus mengajar maka harus terus belajar.
  4. Sekaitan dengan mata pelajaran matematika, maka pada setiap pembelajaran mengintegrasikan soal berbasis HOTS dan mengembangkan penggunaan TPACK dalam pembelajaran sesuai dengan perkembangan zaman dan kondisi sekolah maupun kelas.

 

BAB III

KESIMPULAN

 

  1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan minat belajar peserta didik sehingga bisa meningkatkan hasil belajar matematika mereka. Karena penerapan model pembelajaran ini adalah hal baru bagi peserta didik, maka diperlukan motivasi guru dan pembiasaan yang bisa lebih meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika.

 

  1. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian di UPTD SMP Negeri 6 Parepare dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) melalui metode diskusi dan ceramah sebagai berikut.

  1. Guru seharusnya berani mengambil inovasi pembelajaran sesuai dengan perkembangan zaman
  2. Peserta didik diharapkan mampu menerapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan menguasai materi secara mendalam dengan meningkatkan motivasi belajar.
  3. Sekolah harus dapat melengkapi sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang kegiatan pembelajaran yang inovatif

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

A.A. Agus Heryanto, Maxinus Jaeng, dan Sudarman Bennu (2018) “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Penjumlahan Dan Pengurangan Bentuk Aljabar Di Kelas VII A Smp Labschool Untad Palu” Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Volume 6 Nomor 1, September 2018.

 

Aini, N. A., Syachruroji, A., & Hendracipta, N. (2019). Pengembangan LKPD Berbasis Problem Based Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi Gaya. JPD: Jurnal Pendidikan Dasar, 10(1), 68–76. https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/jpmu%0A Andayani, F., & Lathifah, A. N. (2019). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP Dalam Menyelesaikan Soal Pada Materi Aritmatika Sosial. Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika, 3(1), 1–10. https://doi.org/10.31004/cendekia.v3i1.78 Ati, T. P., & Setiawan, Y. (2020). Efektivitas Problem Based Learning-Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas V. Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan https://doi.org/10.31004/cendekia.v4i1.209 Matematika, 4(1), 29

 

Nikmah, Z. (2022). Studi Komparatif Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan Program Kelas dan Gaya Belajar di SMP 2 Jekulo. Skripsi, Program Studi Tadris Matematika Institusi Agama Islam Negeri Kudus.

 

Sugiyanto, 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta, Yuma Pustaka. Cet II.

 

Syafira Ashna Putri Nuha, dkk (2023) “Pengaruh Metode Pembelajaran Diskusi Kelompok Kecil terhadap Keaktifan Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika” Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 5, Nomor 1 Juni 2023.




Share This Post To :

Kembali ke Atas

Artikel Lainnya :




Silahkan Isi Komentar dari tulisan artikel diatas :

Nama :

E-mail :

Komentar :

          

Kode :


 

Komentar :


   Kembali ke Atas