• gambar
  • gambar
  • gambar
  • gambar

MASA PENGENALAN LINGKUNGAN SEKOLAH TAHUN AJARAN 2024-2025

Pencarian

Kontak Kami


UPTD SMP NEGERI 6 PAREPARE

NPSN : 40307685

Jl. Pendidikan Kel.Bukit Harapan Kec.Soreang Kota Parepare


[email protected]

TLP : 042122875


          

Prestasi Siswa


Faizal Iskandar

Juara 1 OSN Tingkat Kota Parepare Tahun 2018 Juara 3 ME Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan region SULSELBAR



:: Selengkapnya

ASAS

Jajak Pendapat

Apakah pembelajaran tatap muka perlu dilaksanakan
Ya
Tidak
  Lihat

Statistik


Total Hits : 64393
Pengunjung : 25885
Hari ini : 21
Hits hari ini : 42
Member Online : 7
IP : 18.97.14.87
Proxy : -
Browser : Opera Mini

Status Member

  • ANDI NAJMAH, S.Pd (Admin)
    2021-04-17 14:19:42

    Asswrwb
  • Alimuddin.B, S.Pd (Guru)
    2021-04-15 10:32:49

    Wajah Sekolah dimasa Pandemi dalam menghadapi pelaksanaan Assesmen Nasional 2021. Menteri pendidikan mengundur pelaksanaan AN 2021 men...
  • Drs. Sappewali (Guru)
    2021-04-13 10:37:39

    Assalamu Alaikum

Meningkatkan KPMM Melalui Pembelajaran PBL




Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah  Matematis Melalui Pembelajaran Problem Based Learning Peserta Didik Kelas 7  UPTD SMP Negeri 6 Parepare Pada Materi Perubahan Proporsional Bangun Datar

 

ANDI NAJ’MAH

Guru UPTD SMP Negeri 6 Parepare

 

 Abstrak

Bestpractice  ini di latar belakangi dari hasil pengalaman peneliti, bahwa dalam proses pembelajaran matematika dikelas masih berpusat pada guru sehingga peserta didik  hanya menghafalpengetahuan yang diberikan oleh guru dan peserta didik  sama sekali tidak dirangsang untuk aktif dalam pembelajaran, akibatnya ketika peserta didik  menemui soal yang berkaitan dengan pemecahan masalah, mereka masih kesulitan dalam merencanakan dan menentukan masalah serta langkah-langkah yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah tersebut.

Tujuan bestpractice ini adalah (1) Deskripsi penerapan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dalam proses pembelajaran berjalan dengan baik sesuai sintak. (2) Untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik. Penelitan yang dilakukan adalah Bestpractice  kuantitatif. Dalam Bestpractice  ini instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dan tes.

Berdasarkan analisis hasil belajar penilaian pengetahuan dapat diketahui nilai rata-rata peserta didik adalah 82,15, nilai tertinggi adalah 98 dan nilai terendahnya 60. Data hasil belajar peserta didik sudah mengalami perbaikan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Peserta didik yang mencapai KKTP sebanyak 17 peserta didik dengan presentase 85% dan yang di bawah KKTP 2 peserta didik dengan presentase 10%, dari 2 peserta didik yang belum tuntas perlu pembimbingan. Keterampian pemecahan masalah dengan teori polya hasil keterampilan peserta didik dapat diketahui 42,11 % memiiki keterampilan pemecahan masalah sangat baik yang terdiri dari 8 peserta didik dari 19 orang, 15,79% peserta didik dengan 3 peserta didik yang memiiki keterampilan pemecahan masaah baik, 26,32% peserta didik dengan 5 peserta didik yang memiliki keterampilan pemecahan masaah cukup serta 15,79% peserta didik dengan 3 orang memiiki keterampian pemacahan masalah perlu bimbingan. Data tersebut menunjukan bahwa keterampilan pemecahan masalah peserta didik sudah mengalami perbaikan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat kemampuan pemecahan masalah  matematis peserta didik. Karena penerapan model pembelajaran ini adalah hal baru bagi peserta didik, maka diperlukan motivasi guru dan pembiasaan yang bisa lebih meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika.

 

Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah, Problem Based Learning, Model Pembelajaran, Bangun Datar

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika  adalah  suatu  pelajaran pada  semua  tingkat  pendidikan yang penting  untuk dipelajari. Matematika    berperan    penting    pada semua    aspek    kehidupan, terutama dalam mengembangkan   kemampuan   kognitif   tiap   individu.   Dimungkinkan   untuk   mengembangkan pemikiran   kritis,   kemampuan   argumentatif,   dan   berkontitribusi   pada   memecahkan   masalah kontekstual   melalui   studi   matematika (Nurmala,   2021).   Tujuan   pembelajaran   matematika berdasarkan   kurikulum merdeka   antara   melibatkan pemahaman konsep yang mendalam, kemampuan pemecahan masalah, dan aplikasi matematika dalam situasi dunia nyata.. (Permendikbudristek No. 56 Tahun 2022).  Hal  ini  menujukkan  bahwa  Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis (KPMM)  Peserta didik   menjadi  penting  untuk dikembangkan  dalam kegiatan belajar mengajar matematika.

KPMM adalah  keterampilan  Peserta didik   memecahkan  persoalan  bentuk  cerita,  persoalan non rutin,  dan  menerapkan  matematika  pada  situasi  dunia  nyata (Andayani  &  Lathifah,  2019).  Peserta didik  yang mempunyai KPMM mampu membuat keputusan yang lebih bijak dikehidupan sehari-harinya. Ketika   belajar   matematika,   KPMM   menjadi   salah   satu   target   yang   berperan   penting   dalam pencapaian  Peserta didik .Pernyataan  tersebut  sependapat dengan (Imswatama  &  Lukman,  2018) bahwa KPMM penting dimiliki   Peserta didik    dikarenakan   dapat   mengajarkan   keterampilan   berpikir kritis, sistematis, dan logis yang digunakan dalam memecahkan permasalahan. Dalam belajar matematika, seorang  Peserta didik   dikatakan  dapat  mengatasi  kelemahan  apabila  tercapainya  kriteria  tertentu  yang disebut   indikator. Adapun   indikator   KPMM   oleh   Polya   dalam (Nikmah,   2022),   yaitu   aspek pemahaman masalah,    perencanaan    penyelesaian,    pelaksanaan    perencanaan,    dan    penarikan kesimpulan

Tepat dalam memilih model pembelajaran menjadi solusi yang salah satunya bisa diterapkan guru untuk peningkatan KPMM Peserta didik  (Hasanah et al., 2021). Menerapkan model pembelajaran yang tidak monoton menjadi salah satu strategi supaya Peserta didik  berkontribusi aktif dalam kegitan pembelajaran (Riswati et al., 2018). Merancang dan mengorganisir kegiatan belajar mengajar merupakan manfaat dari model pembelajaran. Kemampuan Peserta didik  untuk memecahkan masalah diharapkan dapat dimaksimalkan melalui kesesuaian dalam penggunaan model pembelajaran. Model PBL merupakan pembelajaran yang bisa diterapkan guna meningkatkan keterlibatan Peserta didik , membangun rasa ingin tahu, mengajarkan Peserta didik  menggunakan pemikiran kritis dan pemecahan masalah.

Berdasarkan uraian di atas, model PBL mampu meningkatkan KPMM kelas 7 UPTD SMP Negeri 6 Parepare. Materi pokok yang diterapkan pada Bestpractice  ini ialah Perubahan Proporsional Bangun Datar. Materi tersebut berkaitan erat terhadap permasalahan sehari-hari mengakibatkan pemahaman konsep mudah dipahami Peserta didik . Dengan demikian, model PBL dipandang sepenuhnya bisa dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan materi Perubahan Proporsional Bangun Datar. Dengan pertimbangan di atas, menggunakan model PBL sebagai perbaikan proses pembelajaran dan peningkatan KPMM Peserta didik  kelas 7 UPTD SMP Negeri 6.

 

 B. Jenis Kegiatan

Kegiatan yang dilaporkan dalam best practice ini adalah praktik baik guru dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah  Matematis Melalui Pembelajaran Problem Based Learning Peserta Didik Kelas 7 UPTD SMP Negeri 6 Parepare Pada Materi Perubahan Proporsional Bangun Datar

 

C. Manfaat Kegiatan

Manfaat penulisan best practice ini adalah untuk meningkatkan prestasi dan Kemampuan Pemecahan Masalah  Matematis  peserta didik kelas 7 UPTD SMP Negeri 6 Parepare melalui Model Problem Based Learning(PBL), serta meningkatkan profesionalisme guru menjadi guru yang kreatif, inovatif, sehingga dapat mengelola pembelajaran dengan strategi yang tepat.

 

 II. PEMBAHASAN

A. Situasi

Bidang pendidikan merupakan ruang berpotensi untuk meningkatkan kemampuan berfikir kreatif seseorang. Oleh karena itu dunia pendidikan diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia yang penuh potensi memberikan ide-ide dalam menghadapi daya saing yang semakin tinggi saat ini, bahkan menghadapi tantangan di masa mendatang.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan berfikir kreatif jika pembelajaran dikemas dalam pembelajaran yang menarik bagi peserta didik sehingga mampu meranggsang ide-ide dalam pikiran peseeta didik. Namun pada kenyataannya kemampuan matematika  peserta didik masih jauh dari yang diharapkan, hal ini mencerminkan bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan belum mampu memberikan hasil yang diharapkan.

Perubahan Proporsional Bangun Datar adalah satu diantara materi yang menjadi kendala bagi peserta didik kelas 7 UPTD SMP Negeri 6 Parepare. Berdasarkan pengamatan saya sebagai guru matematika dikelas 7.1 di UPTD SMP Negeri 6 Parepare, diketahui bahwa yang melatarbeakangi masalah ini yaitu (1) Peserta didik kesulitan menyelesaikan soal-soal HOTS (2). Peserta didik masih belum terbiasa menganalisis dan mengerjakan soal-soal HOTS dimana peserta didik terbiasa mengerjakan soal LOTS dimana soal LOTS dirasa lebih mudah dikerjakan dan dipahami peserta didik. Kesulitan yang dialami peserta didik adalah saat menentukan langkah-langkah penyelesaian, peserta didik kesulitan dalam mencari penyelesaian apabila terbentuk soal cerita.

Dalam    proses  pembelajaran  guru  menjelaskan  sekilas  materinya,  memberikan  contoh  kemudian  memberikan  soal  untuk  dikerjakan  oleh  peserta  didik.  Hal  ini  memberikan  gambaran  tentang  proses  pembelajaran  yang  masih  berpusat  pada  guru,  bukan  berpusat  pada  peserta  didik.  Tentunya  pembelajaran  seperti  ini  tidak  membuat  peserta  didik  dapat  mengontruksi  sendiri  pengetahuan  yang  dimilikinya  dan  mengaitkannya  ke  dalam  kehidupan  peserta  didik  sehari-hari.

Berkaitan dengan hal itu, diperlukan adanya perubahan dalam proses pembelajaran. Metode konvensional yang masih kuat dalam pembelajaran matematika saat proses pembelajaran, membentuk peserta didik menjadi pasif yaitu Hanya mendengarkan materi yang disampaikan tanpa disertai pemaknaan materi dalam memori kognitifnya. Pengguanaan media berbasi IT masih kurang optimal digunakan dalam pembelajaran seperti canva, PPT, dan video pembelajaran.

Menurut A,A,Agus Heryanto,dkk.(2018) dalam Jurnal Elektronika Pendidikan Matematika Satu model pembelajaran yang dapat diterapkan agar peserta didik dapat membangun pemahamannya secara mandiri dan menjadi bermakna yaitumodel pembelajaran berbasis masalah (Problem based learning). Problem Based Learning merupakan suatu model pembelajaran yang diawali dengan memberikan peserta didik masalah matematika yang berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik dituntut untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan segenap pengetahuan dan kemampuan yang telah dimilikinya. Pembelajaran dengan model ini menjadikan peserta didik sebagai pusat pembelajaran karena peserta didik yang berperan aktif dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Hal ini sejalan dengan usaha mencari penyelesaian secara mandiri akan memberikan pengalaman untuk menyelesaikan soal yang diberikan.

Praktik pembelajaran ini sangat penting untuk dibagikan karena supaya pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam kelas menjadi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan Peserta didik dalam memahami langkah-langkah penyelesaian masalah berbasis HOTS. Selain itu, hal ini menjadi penting karena untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menggunakan model pembelajaran inovatif pada pembelajarannya di kelas dan banyak rekan guru yang mengalami permasalahan yang sama dengan permasalahan yang saya alami, sehingga praktik ini memotivasi diharapkan selain dapat diri saya sendiri juga diharapkan dapat menjadi referensi atau inspirasi bagi guru lain.

Pada praktik pembelajaran ini, saya sebagai guru yang bertanggung jawab dalam mendesain pembelajaran yang kreatif dan inovatif, dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), media dan alat pembelajaran berbasis TPACK dengan  menggunakan canva dalam bentuk PPT, video, serta metode diskusi kelompok dan presentasi hasil kerja dalam LKPD sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan bisa meningkatkan komunikasi matematis peserta didik pada materi Perubahan Proporsional Bangun Datar.

 

B. Tantangan

Berdasarkan kondisi yang melatar belakangi dan  analisis terhadap kajian literatur dan wawancara dengan rekan sejawat maka guru mempunyai tantangan yang harus dihadapi yaitu:

  1. Rendahnya pemahaman konsep dasar peserta didik
  2. Kurangnya Latihan peserta didik dalam penyelesaian masalah di kehidupan nyata;
  3. Guru belum melakukan pembelajaran interaktif dan menyenangkan.
  4. Guru belum mengoptimalkan aplikasi pembelajaran yang mendukung kegiatan belajar mengajar.

Dari penyebab diatas tantangan yang dihadapi oleh guru adalah

  1. Pemilihan media pembelajan yang tepat dan menarik bagi Peserta didik
  2. Pemilihan metode pembelajaran yang variatif sehingga peserta didik merasa tertarik dan antusias dalam mengikuti pembelajaran
  3. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik materi pelajaran dan karakteristik peserta didik
  4. Guru harus bisa menumbuhkan motivasi belajar peserta didik melalui proses pembelajaran yang menyenangkan Dilihat dari keempat tantangan tersebut dapat disimpulkan bahwa tantangan yang dihadapi melibatkan guru dari sisi kompetensi yang harus dimiliki guru yaitu kompetensi pedagogik dan profesional dan sisi peserta didik adalah motivasi belajar.

Yang terlibat dalam kegiatan praktik ini utamanya adalah Dosen pembimbing dan guru pamong PPG Dalam Jabatan Kategori 3 Universitas Muhammadiyah Parepare (UMPAR) , Kepala UPTD SMP Negeri 6 Parepare , Rekan guru di UPTD SMP Negeri 6 Parepare dan  Peserta didik kelas 7.1 UPTD SMP Negeri 6 Parepare

 

B. Aksi

Untuk menghadapi tantangan yang ada, langkah- langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Penentuan masalah Penentuan masalah dilakukan beberapa kegiatan diantaranya

  1. Identifikasi masalah yang ada di dalam kelas.,
  2. Eksplorasi penyebab masalah yang dihadapi di dalam kelas.
  3. Penentuan penyebab masalah.
  4. Masalah yang terpilih diangkat dan digunakan sebagai membuat rencana aksi.

2. Pemilihan media Pembelajaran

  1. Strategi yang dilakukan guru dalam pemilihan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi pelajaran serta juga sesuai karakteristik peserta didik, selain itu guru juga dapat memilih media pembelajaran yang dikuasai baik dalam pengoperasian atau penggunaannya. Disini guru menggunakan media pembelajaran melalui PPT dalam bentuk canva serta video pembelajaran dalam penggunakan media pembelajaran (penggaris dan busur).
  2. Proses penentuan media ini dimulai dari mempelajari materi yang akan ditentukan medianya, kemudia guru merancang menu-menu apa saja yang ada di media pembelajaran setelah rancangan media, guru memulai penggunaan media sesuai rancangan atau desain.
  3. Sumber daya yang diperlukan untuk membuat media pembelajaran ini antara lain pengetahuan guru dalam menggunakan media dan juga alat seperti laptop dan jaringan internet.

3. Pemilihan Metode pembelajaran yang variatif

  1. Strategi yang dilakukan guru dalam pemilihan metode adalah karakteristik dengan pembelajaran memahami peserta didik dan karakteristik materi. Disini guru memilih metode pembelajaran yang digunakan adalah penugasan, tanya-jawab, dan diskusi.
  2. Proses pemilihan metode ini pertama guru mempelajari apa saja metode metode pembelajaran, lalu memahami karakteristik peserta didik dengan melihat kemampuan dasar dan kebiasaan peserta didik. Lalu melihat karakteristik materi dengan mempelajari materi pembelajaran yang terdapat dibuku guru dan buku Peserta didik .
  3. Sumber daya yang diperlukan dalam pemilihan metode ini antara lain pemahaman/kompetensi guru akan metode-metode pembelajaran dan juga pemahaman guru akan materi pembeajaran

4. Pemilihan model pembelajaran yang tepat

  1. Strategi yang dilakukan guru dalam pemilihan model pembelajaran adalah memahami karakteristik peserta didik dan karakteristik materi. Disini guru memilih model pembelajaran PBL
  2. Proses pemilihan model ini pertama guru mempelajari apa saja model model dalam pembelajaran lalu kedua memahami karakteristik peserta didik dengan melihat kemampuan dasar dan kebiasaan peserta didik. Ketiga melihat karakteristik materi dengan mempelajari materi pembelajaran yang terdapat dibuku guru dan buku Peserta didik .
  3. Sumber daya yang diperukan dalam pemilihan metode ini antara ain pemahaman kompetensi guru akan model PBL dan juga pema pemahaman guru akan materi pembelajaran.

5. Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta didik

  1. Strategi yang dilakukan guru dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik adalah memahami karakteristik peserta karakteristik materi. didik dan Kegiatan rencana aksi di desain dengan sebaik mungkin menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang inovatif agar para peserta didik lebih memahami materi. Dalam pelaksanaannya peserta didik sangat antusias dan bersemangat dengan kegiatan pembelajaran hari itu Disini guru melakukan assessment diagnostik
  2. Proses pemilihan bentuk motivasi belajar peserta didik adalah melihat karakteristik peserta didik, dalam memberikan bahan ajar dan LKPD yang semenarik mungkin
  3. Sumber daya yang diperlukan dalam meningkatkan motivasi belajar antara lain pemahaman kompetensi guru akan karakteristik peserta didik serta pemahaman guru akan materi pembelajaran dengan menyusunan bahan ajar dan LKPD yang menarik melalui aplikasi Canva

 C. Refleksi

Berdasarkan analisis hasil belajar penilaian pengetahuan dapat diketahui nilai rata-rata peserta didik adalah 82,15, nilai tertinggi adalah 98 dan nilai terendahnya 60. Data hasil belajar peserta didik sudah mengalami perbaikan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

 

 

Dari diagram di atas menunjukan peserta didik yang mencapai KKTP sebanyak 17 peserta didik dengan presentase 85% dan yang di bawah KKTP 2 peserta didik dengan presentase 10%, dari 2 peserta didik yang belum tuntas perlu pembimbingan.

 

 

Dari diagram diatas menunjukkan analisis keterampian pemecahan masalah dengan teori polya hasil keterampilan peserta didik dapat diketahui 42,11 % memiiki keterampilan pemecahan masalah sangat baik yang terdiri dari 8 peserta didik dari 19 orang, 15,79% peserta didik dengan 3 peserta didik yang memiiki keterampilan pemecahan masaah baik, 26,32% peserta didik dengan 5 peserta didik yang memiliki keterampilan pemecahan masaah cukup serta 15,79% peserta didik dengan 3 orang memiiki keterampian pemacahan masalah perlu bimbingan. Data pada tabel (terlampir) menunjukan bahwa keterampilan pemecahan masalah peserta didik sudah mengalami perbaikan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

 

 

 Dari diagram lingkaran diatas menunjukkan analisis sikap peserta didik selama pembelajaran dari sikap mandiri diketahui 42,11 % atau 8 peserta didik memiliki sikap mandiri yang sangat baik dan 0% atau 0 peserta didik yang kurang memiliki sikap mandiri. 52,63% atau 10 peserta didik memiliki sikap gotong royong yang sangat baik dan 0% atau 0 peserta didik yang memiliki sikap gotong royong. Dari sikap kreatif menunjukkan 36,84% atau 7 peserta didik memiliki sikap kreatif yang sangat baik dan 0% peserta didik memiliki sikap kreatif yang kurang.

 

 

Dari diagram lingkaran diatas menunjukkan analisis sikap profil Pancasila dalam hal bernalar kritis selama pembelajaran diketahui 36,84 % atau 7 peserta didik memiliki sikap mengajukan pertanyaan sangat mahir dan 0% atau 0 peserta didik mulai berkembang. 31,58% atau 6 peserta didik sangat mahir dalam mengidentifikasi, mengklarifikasi dan mengah informasi dan gagasan dan 5,26% atau 1 peserta didik mulai berkembang dalam mengidentifikasi, mengklarifikasi dan mengah informasi dan gagasan. 31,58% atau 6 peserta didik sangat mahir dalam menganalisis dan mengevaluasi dan prosedurnya dan 0% yang mulai berkembang. Dari hasil analisis dapat disimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan yaitu (1).Menumbuhkan karakter profil pelajar Pancasila yaitu gotong royong dan bernalar kritis dengan baik (2).Peserta didik dapat menjelaskan konsep perubahan proporsional pada bangun datar dengan tepat (3). Peserta didik mampu menyelesaikan masalah kontekstual berkaitan dengan perubahan pada ukuran panjang, besar sudut, dan luas bangun datar akibat perubahan skala dengan tepat. Pelaksanaan Model Problem Based Learning (PBL) dapat mendorong Pembelajaran Aktif dimana peserta didik tidak hanya menjadi pendengar pasif, tetapi mereka aktif terlibat dalam mencari solusi untuk masalah yang dihadapi, membantu pendidik memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik, dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah dan ketrampilan intelektual menjadi pembelajaran yang otonom dan mandiri.

 

Dampak Aksi Yang Dilakukan

Setelah dilaksanakan pembelajaran inovatif sesuai dengan Langkah-langkah yang ada, memberikan dampak positif bagi peserta didik. Kemampuan Pemecahan Masalah  Matematis meningkatkan   . Media yang digunakan menarik keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Pada pelaksanaan pembelajaran inovatif materi bentuk aljabar dengan menggunakan sintak model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), pembelajaran efektif untuk meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah sebagi berikut.

  1. Penggunaan Media sangat membantu pemahaman peserta didik akan konsep yang abstrak tentang materi Perubahan proporsional pada bangun datar (Persegi dan persegi Panjang) dibuktikan dengan hasil asesmen sumatif sudah mencapai 85% dengan kategori sangat baik dari 19 orang peserta didik.
  2. Pemilihan metode yang variatif sangat efektif untuk meningkatkan keaktifan peserta didik terlihat dari kegiatan peserta didik saat pembelajaran.
  3. Pemilihan model pembelajaran PBL menumbuhkan berpikir kritis pesera didik terihat dari tanggapan dan jawaban yang dintarkan guru saat pembeajaran.
  4. Desain kegiatan yang berpusat pada peserta didik sangat meningkatkan keaktifan peserta didik saat prses pembelajaran sehingga termotivasi untuk belajar.

Hasil dari rencana aksi yang sudah dilakukan hasilnya sangat efektif. Hal ini dikarenakan didukung oleh model pembelajaran yang menarik, media pembelajaran yang inovatif, dan kegiatan pembelajaran yang melibatkan keaktifan Peserta didik .

 

Respon orang lain terkait dengan strategi yang dilakukan

  1. Kepala sekolah merespon dengan memberikan tanggapan yang positif, bahkan sering memberikan masukan agar rencana aksi yang dilakukan terlaksana menjadi rencana aksi pembelajaran yang lebih bermakna.
  2. Respon dari teman sejawat juga sangat memberikan dukungan dan respon yang positif terhadap aksi yang saya lakukan.
  3. Respon peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran ini adalah sangat senang, bisa dilihat saat kegiatan refleksi akhir pembelajaran peserta didik memberikan refeksi bahwa pembelajaran sangat menyenangkan dan media pembelajarannya menarik juga mudah dipahami.
  4. Faktor keberhasilan pembelajaran ini ditentukan pada penguasaan guru terhadap media pembelajaran, metode, model dan langkah-langkah pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah dibuat.

Keberhasilan pembelajaran inovatif yang dilakukan tidak lepas dari segala arahan dan bimbingan dari dosen dan guru pamong selama proses mengembangkan perangkat. Membimbing tentang bagaimana model pembelajaran Problem Based Learning (PBL),  itu dapat diterapkan secara baik pada pembelajaran matematika. Faktor keberhasilan pelaksanaan pembelajaran inovatif sangat ditentukan dari kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran inovatif sesuai dengan modul ajar yang telah dikembangkan, juga antusiasme dan keaktifan Peserta didik dalam mengikuti   pembelajaran.

Salah satu manfaat yang dapat dirasakan peserta didik dari aktifitas pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menggunakan media PPt dan video pembelajaran, peserta didik terlihat lebih antusias dan memusatkan perhatiannya pada tayangan yang ditampilkan. kemudian dengan   menggunakan LKPD dan media , peserta didik terlihat lebih semangat belajar dengan teman kelompoknya yaitu dalam proses mengidentifikasi, menganalisis, dan berkolaborasi dalam merumuskan solusi pada permasalahan sehar-hari yang berkaitan dengan operasi bentuk aljabar, pada saat presentase peserta didik mampu mempresentasikan hasil kelompoknya , sedangkan peserta didik yang lainnya dapat menanggapinya. Meskipun pada kenyataannya di dalam kelompok masih ada anggota kelompok yang belum terlihat aktif dalam diskusi kelompoknya dilain kelompok ada juga yang aktif dalam kolaborasi / diskusi dalam menyelesaikan permasalahan dalam LKPD nya . Serta tes formatif yang telah dilaksanakan membuktikan bahwa dari 19 peserta didik yang menjadi subjek pembelajaran mampu menyelesaikan tes formatif yang telah diberikan berkaitan dengan konsep perkalian bentuk aljabar  dengan tepat .

Dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat terlihat perbedaan cara belajar peserta didik seperti motivasi dan keaktifan peserta didik dapat terlihat dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya , dimana pembelajaran sebelumnya  belum menggunakan model pembelajaran tersebut , belum memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran, serta pembelajaran yang dilakukan masih bersifat konvensional yaitu pembelajaran masih didominasi oleh guru , sehingga peserta didik lebih pasif dalam pembelajaran dibandingkan ketika sudah menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan menggunakan teknologi selama proses pembelajaran.

Meskipun pada dasarnya  pembelajaran yang telah dilaksanakan, seluruh sintaks telah terlaksana dengan baik, peserta didik mengikuti dan menyelesaikan tugas dengan tepat, namun masih ditemukan masalah seperti peserta didik yang memiliki tingkat kemampuan lebih ( pintar ) mendominasi dalam diskusi kelompok , sedangkan yang merasa kurang dalam pemahaman terhadap materi Perubahan proporsi bangun datar , tersebut hanya diam dan mendengarkan temannya atau bahkan tidak berkontribusi apapun terhadap kelompoknya, sehingga keaktifan peserta didik dalam kelompok belum sepenuhnya tercapai.

Rencana Tindak Lanjut

  1. Pembelajaran yang dapat diperoleh dari proses praktik aksi yang telah dilakukan oleh guru adalah guru harus merancang dan melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan, bermakna, dan berpusat pada peserta didik dengan cara menentukan metode, model, dan media pembelajaran yang sesuai, sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran sesuai yang diharapkan
  2. Terus belajar dan mengembangkan diri, selalu terbuka untuk pembelajaran baru dan pengembangan diri dengan mengikuti pelatihan atau program pengembangan lainnya yang relevan dengan mata Pelajaran matematika.
  3. Untuk terus mengajar maka harus terus belajar.
  4. Sekaitan dengan mata pelajaran matematika, maka pada setiap pembelajaran mengintegrasikan soal berbasis HOTS dan mengembangkan penggunaan TPACK dalam pembelajaran sesuai dengan perkembangan zaman dan kondisi sekolah maupun kelas.

 

III. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat kemampuan pemecahan masalah  matematis peserta didik. Karena penerapan model pembelajaran ini adalah hal baru bagi peserta didik, maka diperlukan motivasi guru dan pembiasaan yang bisa lebih meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika.

 B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil Bestpractice  di UPTD SMP Negeri 6 Parepare dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) melalui pendekatan problem Solving metode diskusi kelompok  sebagai berikut.

  1. Guru seharusnya berani mengambil inovasi pembelajaran sesuai dengan perkembangan zaman
  2. Peserta didik diharapkan mampu menerapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan menguasai materi secara mendalam dengan meningkatkan motivasi belajar.
  3. Sekolah harus dapat melengkapi sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang kegiatan pembelajaran yang inovatif

 

DAFTAR PUSTAKA

A.A. Agus Heryanto, Maxinus Jaeng, dan Sudarman Bennu (2018) “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik  Pada Materi Penjumlahan Dan Pengurangan Bentuk Aljabar Di Kelas VII A SMP Labschool Untad Palu” Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Volume 6 Nomor 1, September 2018.

 

Aini, N. A., Syachruroji, A., & Hendracipta, N. (2019). Pengembangan LKPD Berbasis Problem Based Learning pada Mata Pelajaran IPA Materi Gaya. JPD: Jurnal Pendidikan Dasar, 10(1), 68–76. https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/jpmu%0A Andayani, F., & Lathifah,

A.N. (2019). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta didik SMP Dalam Menyelesaikan Soal Pada Materi Aritmatika Sosial. Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika, 3(1), 1–10. https://doi.org/10.31004/cendekia.v3i1.78

 

Ati, T. P., & Setiawan, Y. (2020). Efektivitas Problem Based Learning-Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Matematika Peserta didik  Kelas V. Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan https://doi.org/10.31004/cendekia.v4i1.209 Matematika, 4(1), 29

 

Syafira Ashna Putri Nuha, dkk (2023) “Pengaruh Metode Pembelajaran Diskusi Kelompok Kecil terhadap Keaktifan Belajar Peserta didik  pada Mata Pelajaran Matematika” Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 5, Nomor 1 Juni 2023.

 

Nikmah, Z. (2022). Studi Komparatif Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan Program Kelas dan Gaya Belajar di SMP 2 Jekulo. Skripsi, Program Studi Tadris Matematika Institusi Agama Islam Negeri Kudus.




Share This Post To :

Kembali ke Atas

Artikel Lainnya :





   Kembali ke Atas